BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari
laporan tahunan emiten dengan menggunakan populasi perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015
yang diperoleh melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu pada alamat
web www.idx.co.id.
Sampel
yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling, yaitu penentuan sampel berdasarkan kriteria
tertentu. Berikut tabel 4.1 yang menyajikan perolehan sampel berdasarkan
kriteria yang ditentukan sesuai dengan kebutuhan penelitian.
Tabel 4. 1 Rincian
Perolehan Sampel Penelitian
No.
|
Kriteria
|
Pelanggaran
Kriteria
|
Jumlah
|
1.
|
Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada
tahun 2015
|
42
|
|
2.
|
Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama
periode pengamatan yaitu tahun 2011-2015
|
(12)
|
30
|
3.
|
Perusahaan
perbankan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah dan
menggunakan bahasa Indonesia pada periode pengamatan yaitu 2011-2015.
|
(0)
|
30
|
5.
|
Perusahaan
memiliki data lengkap yang dibutuhkan peneliti
|
(1)
|
29
|
Perusahaan
perbankan yang dijadikan sampel dalam penelitian
|
29
|
||
Jumlah sampel
yang diambil selama periode pengamatan yaitu tahun 2011-2015
|
145
|
Sumber: Data sekunder
yang diolah
Berdasarkan
tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa sampel yang digunakan dalam penelitian
berjumlah 145 perusahaan untuk periode lima tahun pengamatan yaitu tahun 2011
sampai 2015. Sampel tersebut dipilih karena telah memenuhi kriteria umum yang
ditentukan sesuai dengan kebutuhan analisis penelitian. Daftar nama perusahaan
perbankan yang digunakan dalam penelitian ini terlampir dalam Lampiran 1.
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Statistik Deskriptif
Analisis deskriptif merupakan metode dimana semua
data yang digunakan dalam penelitian dikumpulkan dan dikelompokkan untuk
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif dengan membandingkan
nilai minimum, nilai maksimum, dan rata-rata dari sampel.
Berikut tabel 4.2 yang merupakan analisis deskriptif
untuk variabel yang digunakan dalam penelitian.
Tabel 4. 2 Statistik
Deskriptif
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
|
PS (X1)
|
145
|
0,40
|
0,85
|
0,6191
|
AT (X2)
|
145
|
1
|
5
|
2,41
|
KA (X4)
|
145
|
2
|
8
|
3,94
|
AI (Y)
|
145
|
0,2998
|
5,6384
|
1,5334
|
Valid N (listwise)
|
145
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel 4.2 di atas, dapat dilihat bahwa
nilai rata-rata dari variabel dependen yaitu asimetri informasi adalah sebesar
1,5334. Dalam tabel 4.2 tersebut juga dapat dilihat bahwa nilai minimum dari
asimetri informasi dalam penelitian adalah sebesar 0,2998 yang terjadi pada
Bank Artha Graha International Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai maksimum dari
asimetri informasi adalah sebesar 5,6384 yang terjadi pada Bank Mayapada
Internasional Tbk. tahun 2012.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata dari variabel
pengungkapan sukarela adalah sebesar 0,6191 yang menunjukkan bahwa rata-rata
perusahaan yang diteliti telah mengungkapkan 62% item-item yang digunakan untuk
mengukur pengungkapan sukarela. Nilai minimum dari pengungkapan sukarela adalah
sebesar 0,40 yang merupakan hasil pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh
Bank Nusantara Parahyangan Tbk. tahun 2015. Sedangkan nilai maksimum dari
pengungkapan sukarela adalah sebesar 0,85 yang merupakan pengungkapan sukarela
dari Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. tahun 2015.
Selanjutnya, berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat
nilai rata-rata dari audit tenure
adalah sebesar 2,41 yang menunjukkan rata-rata perusahaan melakukan pergantian
auditor setelah tahun kedua perikatan dengan Kantor Akuntan Publik (KAP)
sebelumnya. Nilai minimum dari audit
tenure adalah sebesar 1 dan nilai maksimum dari audit tenure adalah sebesar 5.
Variabel moderasi dalam penelitian adalah komite
audit. Rata-rata komite audit adalah 3,94 yang menunjukkan bahwa perusahaan
yang diteliti rasio jumlah komite audit sebesar 4. Nilai minimum dari komite
audit adalah sebesar 2 yang merupakan jumlah komite audit dari Bank of
Indonesia Tbk. tahun 2011 dan Bank Bumi Arta Tbk. dan Bank Victoria
International Tbk. tahun 2015. Sedangkan
nilai maksimum penelitian dari komite audit adalah sebesar 8 yang merupakan
jumlah komite audit dari Bank Rakyat Indonesia Tbk. tahun 2013 dan 2015.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a.
Hasil
Uji Normalitas
Uji
normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau
tidak. Model regresi yang baik memiliki data yang berdistribusi normal. Untuk
menguji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji statistik yaitu
uji Kolmogorov-Smirnov (K-S). Nilai residual terstandarisasi berdistribusi
normal jika nilai Asymp. Sig. >
0,05.
Tabel
4. 3 Hasil Uji
Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
Unstandardized Residual
|
||
N
|
145
|
|
Normal Parametersa,b
|
Mean
|
0,0000000
|
Std. Deviation
|
0,93130304
|
|
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
0,162
|
Positive
|
0,162
|
|
Negative
|
-0,106
|
|
Test Statistic
|
0,162
|
|
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
0,000c
|
|
a. Test distribution is Normal.
|
||
b. Calculated from data.
|
||
c. Lilliefors Significance
Correction.
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Nilai Asymp.
Sig. (2-tailed) pada tabel 4.3 yang merupakan hasil dari uji
Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,000. Nilai tersebut di bawah nilai signifikan
yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi tidak
normal.
Menurut Ghozali (2013), data yang tidak
berdistribusi normal dapat dilakukan transformasi data agar menjadi normal.
Transformasi data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode Logaritma
(Log) sebagai pengobatan.
Berikut
tabel 4.4 yang menunjukkan hasil dari uji Kolmogorov-Smirnov setelah
transformasi data dilakukan.
Tabel
4. 4 Hasil Uji
Normalitas dengan Uji Kolmogorov-Smirnov setelah Transformasi
Unstandardized Residual
|
||
N
|
145
|
|
Normal Parametersa,b
|
Mean
|
0,0000000
|
Std. Deviation
|
0,23931453
|
|
Most Extreme Differences
|
Absolute
|
0,063
|
Positive
|
0,063
|
|
Negative
|
-0,031
|
|
Test Statistic
|
0,063
|
|
Asymp. Sig. (2-tailed)
|
0,200c,d
|
|
a. Test distribution is Normal.
|
||
b. Calculated from data.
|
||
c. Lilliefors Significance Correction.
|
||
d. This is a lower bound of the true
significance.
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Nilai Asymp. Sig.
(2-tailed) pada hasil uji Kolmogorov-Smirnov adalah sebesar 0,200. Nilai
tersebut di atas nilai signifikan yaitu 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa data berdistribusi normal, maka model regresi dapat digunakan untuk
pengujian berikutnya.
Hasil uji normalitas data yang ditunjukkan
Kolmogorov-Smirnov tersebut konsisten dengan hasil analisis grafik histogram
dan grafik normal P-Plot berikut ini.
Gambar 4. 1 Hasil Uji
Normalitas dengan Grafik Histogram
Gambar 4. 2 Hasil Uji
Normalitas dengan Grafik Normal P-Plot
Berdasarkan kedua grafik tersebut dapat dilihat bahwa
grafik histogram maupun grafik normal P-Plot memberikan pola distribusi data
yang normal. Pada grafik histogram dapat dilihat bahwa grafik menggambarkan
bentuk lonceng serta pada grafik normal P-Plot titik-titik yang mewakili jumlah
sampel dalam penelitian ini mendekati garis diagonal.
b.
Hasil
Uji Multikoloniaritas
Uji
Multikoloniaritas dilakukan untuk melihat apakah terjadi korelasi antara
variabel bebas atau satu sama lainnya. Jika nilai Tolerance ≥ 0,1 dan VIF ≤ 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikoloniaritas antar variabel bebas. Berikut tabel 4.5 yang menunjukkan
hasil dari uji multikoloniaritas.
Tabel
4. 5 Hasil Uji
Multikoloniaritas dengan Uji VIF
Model
|
Collinearity
Statistics
|
||
Tolerance
|
VIF
|
||
1
|
(Constant)
|
||
PS (X1)
|
0,657
|
1,523
|
|
AT (X2)
|
0,855
|
1,170
|
|
AS (X3)
|
0,900
|
1,111
|
|
KA (X4)
|
0,743
|
1,346
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Berdasarkan hasil uji multikoloniaritas pada tabel
4.5 dapat dilihat bahwa variabel bebas dalam penelitian ini tidak saling
berkorelasi, karena memiliki nilai Tolerance
≥ 0,1 dan VIF ≤ 10. Maka dapat dikatakan tidak terjadi gejala multikoloniaritas
antar variabel.
c.
Hasil
Uji Heteroskesdastisitas
Uji
heteroskesdastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada ketidaksamaan varians
dalam fungsi regresi. Data yang baik adalah data yang homoskesdastisitas atau
data yang memiliki kesamaan varians dalam fungsi regresi. Uji
heteroskesdastisitas dalam penelitian ini menggunakan uji glejser yang dilakukan dengan cara meregresikan antara variabel
independen dengan nilai absolut residualnya. Jika nilai signifikansi antara
variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka tidak terjadi
masalah heteroskesdastisitas.
Tabel
4. 6 Hasil Uji
Heteroskesdastisitas dengan Uji Glejser
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
T
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
0,289
|
0,098
|
2,955
|
0,004
|
|
PS (X1)
|
-0,063
|
0,219
|
-0,029
|
-0,289
|
0,773
|
|
AT (X2)
|
0,085
|
0,049
|
0,153
|
1,727
|
0,086
|
|
AS (X3)
|
-0,020
|
0,025
|
-0,069
|
-0,796
|
0,427
|
|
AI (X4)
|
-0,215
|
0,109
|
-0,187
|
-1,971
|
0,051
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Pada tabel 4.6 terlihat bahwa nilai signifikansi
antara semua variabel independen dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka
dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam
fungsi regresi atau homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas.
Hasil uji glejser ini konsisten dengan hasil uji
grafik scatterplot berikut ini:
Gambar 4. 3 Hasil Uji
Heteroskesdastisitas dengan Grafik Scatterplot
Grafik scatterplot
menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan di bawah angka 0 (nol) pada sumbu Y
dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hal ini
mengindikasikan bahwa penyebaran titik-titik yang mewakili sampel pada scatterplot di atas mengemukakan bahwa
data dalam penelitian ini mempunyai kesamaan varians dalam fungsi regresi atau
homoskesdastisitas.
d.
Hasil
Uji Autokorelasi
Menurut Ghozali (2013), uji autokorelasi bertujuan
untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi linier terdapat korelasi antara
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya).
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan
satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu
observasi ke observasi lainnya.
Pengujian
autokorelasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji
Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel
4. 7 Hasil Uji Autokorelasi
dengan Uji Durbin-Watson
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
Durbin-Watson
|
1
|
0,318a
|
0,101
|
0,075
|
0,243
|
2,125
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Nilai Durbin-Watson dalam penelitian ini adalah
sebesar 2,125. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 145
sampel dengan jumlah variabel independen yang diuji adalah 4 sehingga nilai dL
dalam Durbin-Watson tabel adalah sebesar 1,758 dan nilai dU adalah sebesar
4-1,758 yaitu sebesar 2.242. Nilai DW dalam penelitian ini terletak di antara
nilai dL dan dU yaitu 1,758<2,125<2,242. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
penelitian terbebas dari masalah autokorelasi.
3.
Hasil Koefisien Determinasi (R2)
a.
Hasil
Koefisien Determinasi (R2) Analisis Regresi Berganda (Pengungkapan
Sukarela, Audit Tenure, Auditor
Spesialis terhadap Asimetri Informasi)
Koefisien
determinasi (R2) dilakukan untuk mengukur kemampuan variabel
independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Adapun hasil koefisien
determinasi yang dilakukan untuk melihat variasi dalam regresi berganda (H1
sampai H3) dapat dilihat dalam tabel 4.8.
Tabel
4. 8 Hasil Koefisien
Determinasi Analisis Regresi Berganda
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
R Square
|
Std.
Error of the Estimate
|
1
|
0,299a
|
0,089
|
0,070
|
0,243
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan nilai adjusted R2 sebesar 0,070. Hal ini menandakan bahwa
variasi variabel pengungkapan sukarela (X1), audit tenure (X2), dan auditor spesialis (X3)
hanya bisa menjelaskan 7% variasi variabel asimetri informasi (Y). Sedangkan
sisanya, sebesar 93% dijelaskan oleh sebab lain di luar model seperti struktur
kepemilikan (Hadiprajitno, 2013), reputasi KAP (Nuratama, 2011), karakteristik
perusahaan (Adhi, 2012), kualitas auditor eksternal (Hakim dan Omri. 2010),
dll.
b.
Hasil
Koefisien Determinasi (R2) Moderated
Regression Analysis (MRA)
1)
Hasil
Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela dan Komite Audit
Tabel
4. 9 Hasil Koefisien
Determinasi H4
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
R Square
|
Std.
Error of the Estimate
|
1
|
0,205a
|
0,042
|
0,022
|
0,250
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,022.
Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel pengungkapan sukarela (X1),
komite audit (X4), dan interaksi antara pengungkapan sukarela dan
komite audit (X1X4) hanya bisa menjelaskan 2,2% variasi
variabel asimetri informasi. Sedangkan sisanya, sebesar 97,8% dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model.
2)
Hasil
Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Audit
Tenure dan Komite Audit
Tabel
4. 10 Hasil Koefisien
Determinasi H5
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
1
|
0,253a
|
0,064
|
0,044
|
0,247
|
Sumber: Output
SPSS yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,044.
Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel audit
tenure (X2), komite audit (X4), dan interaksi antara audit tenure dan komite audit (X2X4)
hanya bisa menjelaskan 4,4% variasi variabel asimetri informasi. Sedangkan
sisanya, sebesar 95,6% dijelaskan oleh sebab-sebab lain di luar model.
3)
Hasil
Koefisien Determinasi Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dan Komite Audit
Tabel
4. 11 Hasil Koefisien
Determinasi H6
Model
|
R
|
R
Square
|
Adjusted
R Square
|
Std.
Error of the Estimate
|
1
|
0,286a
|
0,082
|
0,062
|
0,244
|
Sumber: Output
SPSS yang diolah
Tabel
4.11 menunjukkan bahwa nilai adjusted R2
sebesar 0,062. Hal ini menunjukkan bahwa variasi variabel auditor spesialis (X3),
komite audit (X4), dan interaksi antara auditor spesialis dan komite
audit (X3X4) hanya bisa menjelaskan 6,2% variasi variabel
asimetri informasi. Sedangkan sisanya, sebesar 93,8% dijelaskan oleh
sebab-sebab lain di luar model.
4. Hasil Uji Hipotesis
a.
Hasil
Uji Hipotesis dengan Analisis Regresi Berganda (Pengungkapan Sukarela, Audit Tenure, Auditor Spesialis terhadap
Asimetri Informasi)
Pengujian parsial atau uji t digunakan untuk
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen yang diuji pada tingkat
signifikansi 0,05. Hasil uji t untuk analisis regresi berganda (H1
sampai H3) ditunjukkan pada tabel 4.12.
Tabel
4. 12 Hasil Uji t
Analisis Regresi Berganda
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
T
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
-0,081
|
0,100
|
-0,810
|
0,419
|
|
PS (X1)
|
-0,675
|
0,349
|
-0,174
|
-1,931
|
0,056
|
|
AT (X2)
|
-0,099
|
0,086
|
-0,099
|
-1,139
|
0,257
|
|
AS (X3)
|
0,132
|
0,043
|
0,256
|
3,049
|
0,003
|
Sumber:
Output SPSS yang diolah
Tabel 4.12 menunjukkan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen dalam analisis regresi berganda. Variabel
pengungkapan sukarela (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,056 (>0,05). Dengan demikian H1 ditolak sehingga dapat
dikatakan pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Hasil uji t untuk variabel audit tenure (X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,257 (>0,05). Dengan demikian H2 ditolak sehingga dapat
dikatakan audit tenure tidak
berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Hasil uji t untuk variabel auditor spesialis (X3)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,003 (<0,05). Dengan demikian H3
diterima sehingga dapat dikatakan auditor spesialis berpengaruh terhadap
asimetri informasi.
Berdasarkan tabel 4.12, maka dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -0,081 + 0,132X3 + e
Hasil di atas menjelaskan bahwa nilai konstanta
sebesar -0,081 menyatakan bahwa jika ketiga variabel independen tersebut
dianggap konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata market to book value of equity adalah sebesar -8,1% dan asimetri
informasi sebesar 8,1%.
Nilai koefisien auditor spesialis sebesar 0,132
menunjukkan bahwa setiap penambahan auditor spesialis sebesar 1% akan
meningkatkan market to book value of
equity dan menurunkan asimetri informasi sebesar 13%.
b.
Hasil
Uji Hipotesis dengan Moderated Regression
Analysis
1)
Hasil
Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela dan Komite Audit
Tabel
4. 13 Hasil Uji H4
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
-0,023
|
0,356
|
-0,065
|
0,948
|
|
PS (X1)
|
0,344
|
1,650
|
0,089
|
0,209
|
0,835
|
|
KA (X4)
|
-0,079
|
0,582
|
-0,038
|
-0,135
|
0,893
|
|
PS*KA (X1X4)
|
-2,130
|
2,898
|
-0,277
|
-0,735
|
0,464
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.13 menunjukkan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel pengungkapan sukarela (X1)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,835 (>0,05) dan variabel moderasi
yaitu komite audit (X4) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,893
(>0,05) sehingga dapat dikatakan pengungkapan sukarela dan komite audit
tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Variabel X1X4 yang merupakan
interaksi antara variabel pengungkapan sukarela dengan komite audit memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,464(>0,05) sehingga dapat dikatakan variabel
komite audit bukan variabel moderasi dalam model. Artinya interaksi antara
pengungkapan sukarela dengan komite audit tidak berpengaruh terhadap asimetri
informasi.
2)
Hasil
Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Audit
Tenure dan Komite Audit
Tabel
4. 14 Hasil Uji H5
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
-0,257
|
0,168
|
-1,528
|
0,129
|
|
AT (X2)
|
0,773
|
0,412
|
0,776
|
1,877
|
0,063
|
|
KA (X4)
|
0,742
|
0,297
|
0,362
|
2,501
|
0,014
|
|
AT*KA (X2X4)
|
-1,608
|
0,693
|
-1,052
|
-2,320
|
0,022
|
Sumber: Output
SPSS yang diolah
Tabel 4.14 menunjukkan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel audit tenure (X2) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,063 (>0,05) dan variabel moderasi yaitu komite audit (X4)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,014 (<0,05) sehingga dapat dikatakan
audit tenure tidak berpengaruh
terhadap asimetri informasi dan komite audit berpengaruh terhadap asimetri
informasi.
Variabel X2X4 yang merupakan
interaksi antara variabel audit tenure
dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,022 (<0,05)
sehingga dapat dikatakan interaksi antara audit
tenure dengan komite audit berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Berdasarkan tabel 4.14, maka dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = -0,257 + 0,742X4 – 1,608X2X4
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta
sebesar -0,257menyatakan bahwa jika variabel independen tersebut dianggap
konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata market to book value of equity sebesar -25,7% atau asimetri
informasi sebesar 25,7%.
Nilai koefisien variabel komite audit sebesar 0,742
menunjukkan bahwa setiap penambahan komite audit sebesar 1% akan menambah market to book value of equity dan
menurunkan asimetri informasi sebesar 74,2%.
3)
Hasil
Uji Hipotesis Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dan Komite Audit
Tabel
4. 15 Hasil Uji H6
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
0,416
|
0,174
|
2,394
|
0,018
|
|
AS (X3)
|
-0,436
|
0,214
|
-0,846
|
-2,033
|
0,044
|
|
KA (X4)
|
-0,679
|
0,317
|
-0,331
|
-2,144
|
0,034
|
|
AS*KA (X3X4)
|
0,964
|
0,376
|
1,192
|
2,560
|
0,012
|
Sumber: Output SPSS yang diolah
Tabel 4.15 menunjukkan hasil uji t antara variabel
independen dengan variabel dependen. Variabel auditor spesialis (X3)
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,044 (<0,05) dan variabel moderasi
yaitu komite audit (X4) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,034
(<0,05) sehingga dapat dikatakan auditor spesialis dan komite audit berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Variabel X3X4 yang merupakan
interaksi antara variabel auditor spesialis
dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,012 (<0,05)
sehingga dapat dikatakan interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit
berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Berdasarkan tabel 4.15, maka dapat diperoleh
persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 0,416 – 0,436X3 – 0,679X4
+ 0,964X3X4
Hasil di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta
sebesar 0,416 menyatakan bahwa jika variabel independen tersebut dianggap
konstan atau tidak ada penambahan, maka rata-rata market to book value of equity sebesar 42% dan asimetri informasi
sebesar -42%. Nilai koefisien variabel auditor spesialis sebesar -0,436
menunjukkan bahwa setiap penambahan audit
tenure sebesar 1% akan menurunkan market
to book value of equity dan menambah asimetri informasi sebesar 44%.
Sedangkan
nilai koefisien variabel komite audit sebesar -0,679 menunjukkan bahwa setiap
penambahan komite audit sebesar 1% akan menurunkan market to book value of equity dan meningkatkan asimetri informasi
sebesar 68%.
C. Pembahasan
1. Pengaruh Pengungkapan Sukarela terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
pengungkapan sukarela (X1) memiliki tingkat signifikansi sebesar
0,056 (>0,05). Dengan demikian hipotesis pertama (H1) ditolak,
artinya pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nuryatmo (2007), Yenibra
(2014) yang menyatakan bahwa pengungkapan sukarela tidak berpengaruh terhadap
kepercayaan investor atas laporan keuangan. Penelitian ini tidak konsisten
dengan penelitian Mardiyah (2002), Murni (2004) dan Benardi (2009). Menurut
mereka, semakin banyak item pengungkapan sukarela yang diungkapkan akan semakin
mengurangi ketidakseimbangan informasi yang terjadi di perusahaan.
Berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.16 berikut mengenai rata-rata
pengungkapan sukarela dan asimetri informasi per tahun.
Tabel
4. 16 Tingkat
Pengungkapan Sukarela dan Asimetri Informasi
Tahun
|
Pengungkapan Sukarela
|
Asimetri Informasi
|
2011
|
0,569828
|
3,793103
|
2012
|
0,60431
|
3,896552
|
2013
|
0,614655
|
4,137931
|
2014
|
0,621552
|
4
|
2015
|
0,685345
|
3,896552
|
Sumber:
Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa
dalam setiap tahun, pengungkapan sukarela
mengalami peningkatan. Namun selama periode pengamatan, peningkatan
nilai pengungkapan sukarela tidak diimbangi dengan penurunan atau peningkatan
dari asimetri informasi yang konstan.
Ketidakseimbangan
informasi tersebut dapat terjadi karena adanya kepentingan manajemen yang
berusaha menyembunyikan informasi agar dapat melakukan manipulasi yang
menguntungkan (Pradnyani, 2014). Yenibra (2014) menyatakan bahwa pengungkapan
sukarela akan membuat informasi yang disampaikan menjadi rumit untuk dibaca
oleh pihak pengguna. Selain itu, manajemen cenderung hanya akan mengungkapkan
informasi yang bersifat good news
tanpa memperhatikan kebutuhan pihak pengguna dalam membaca informasi
pengungkapan. Sedangkan menurut Mardiyah (2002), Murni (2004) dan Benardi
(2009) semakin banyak item yang diungkapkan dalam laporan keuangan perusahaan
maka akin semakin mengurangi asimetri informasi karena semakin luas informasi
yang diungkapkan oleh perusahaan yang membuka wawasan lebih dari pihak pengguna
laporan keuangan atas kinerja manajemen.
2. Pengaruh Audit Tenure terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
audit tenure (X2) memiliki
tingkat signifikansi sebesar 0,257 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis kedua
(H2) ditolak, artinya audit
tenure tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Adeniyi (2013), Pratiwi (2013)
yang menyatakan audit tenure tidak
berpengaruh terhadap kualitas auditor dalam meminimalisir asimetri informasi. Berbeda
dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Primadita (2012), Wakum
(2014), Almutairi (2009) dan Hakim (2010) yang menyatakan bahwa audit tenure mampu mempengaruhi asimetri
informasi.
Berdasarkan
hasil penelitian dapat dilihat dalam tabel 4.17 berikut mengenai rata-rata audit tenure dan asimetri informasi per
tahun.
Tabel
4. 17 Tingkat Audit Tenure dan Asimetri Informasi
Tahun
|
Audit
Tenure
|
Asimetri Informasi
|
2011
|
1
|
3,793103
|
2012
|
2
|
3,896552
|
2013
|
3
|
4,137931
|
2014
|
3
|
4
|
2015
|
4
|
3,896552
|
Sumber:
Output SPSS yang diolah
Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa
dalam setiap tahun, audit tenure
mengalami peningkatan. Namun selama periode pengamatan, peningkatan nilai audit tenure tidak dibarengi dengan
penurunan atau peningkatan dari asimetri informasi yang konstan. Tahun 2012 dan
2013 rata-rata perusahaan melakukan perikatan audit dengan KAP yang sama dengan
tahun 2011 sehingga menambah nilai audit tenure dan perusahaan sampel
mengalami peningkatan nilai market to book value of equity yang berarti
mengalami penurunan asimetri informasi. Sedangkan pada tahun 2015 rata-rata
perusahaan sampel melakukan perikatan audit yang sama namun nilai market to
book value of equity berkurang yang menunjukan penambahan asimetri
informasi (Varici. 2013).
Hasil
penelitian ini memberikan bukti bahwa independensi auditor tidak terganggu
dengan lamanya perikatan yang terjadi antara klien dengan auditor. Auditor
tetap dapat meminimalisir asimetri informasi tanpa mempedulikan fee audit yang diterima dan kedekatan
auditor dengan pihak klien karena lamanya perikatan yang terjadi (Adeniyi,
2013; Pratiwi, 2013). Sementara Almutairi (2009), dan Hakim (2010) menyatakan
bahwa semakin lama perikatan audit maka tingkat asimetri informasi akan lebih
tinggi karena auditor akan memiliki penurunan tingkat independensi karena
kedekatan auditor dengan klien.
3. Pengaruh Auditor Spesialis terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
auditor spesialis (X3) memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,003
(<0,05). Dengan demikian, hipotesis ketiga (H3) diterima, artinya
auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Penelitian
ini sesuai dengan hasil penelitian dari Primadita (2012), Almutairi (2009) yang
menyatakan bahwa auditor spesialis berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Keberadaan auditor spesialis dapat membantu pengguna laporan keuangan dalam
mempercayai hasil dalam laporan yang telah dibuat manajemen perusahaan dan
diaudit oleh auditor spesialis tersebut. Almutairi (2009) berpendapat bahwa
kompetensi audit yang dimiliki oleh auditor spesialis lebih baik jika
dibandingkan dengan auditor non spesialis. Dengan demikian, semakin baik
tingkat spesialiasi industri yang dimiliki oleh auditor maka tingkat asimetri
informasi akan semakin rendah. Tingkat spesialisasi industri auditor dapat
terlihat dari kemampuan auditor dalam mendeteksi salah saji material dalam
laporan keuangan dengan lebih baik dan meningkatkan kualitas audit (Dunn dan
Mayhew, 2004 dalam Primadita, 2012).
4. Pengaruh Hubungan Interaksi Pengungkapan Sukarela dengan Komite Audit terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
X1X4 yang merupakan interaksi antara variabel pengungkapan
sukarela dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,464 (>0,05). Dengan demikian, hipotesis
keempat (H4) ditolak, artinya interaksi antara pengungkapan sukarela
dengan komite audit tidak berpengaruh terhadap asimetri informasi. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian dari Aprianti (2014) yang
menyatakan bahwa komite audit tidak memiliki pengaruh terhadap pengungkapan
sukarela.
Kegagalan
komite audit dalam memoderasi pengungkapan sukarela dengan asimetri informasi dapat
terjadi karena komite audit tidak mampu memantau kinerja manajemen yang masih
melakukan pengungkapan yang tidak berdasar fakta yang ada untuk mendapatkan
keuntungan (Baroko, 2007; Aprianti, 2014). Ketidakmampuan komite audit memantau
manajemen terjadi karena kurangnya frekuensi rapat yang dilakukan membuat
kemampuan komite audit dalam memberikan tekanan tambahan kepada manajemen dalam
melakukan pengungkapan menjadi tidak optimal sehingga menyebabkan kualitas
laporan keuangan menjadi kurang baik (Barros, 2013).
5. Pengaruh Hubungan Interaksi Audit Tenure dengan Komite Audit terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
X2X4 yang merupakan interaksi antara variabel audit tenure dengan komite audit
memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,022 (<0,05). Dengan demikian,
hipotesis kelima (H5) diterima, artinya interaksi antara audit tenure dengan komite audit
berpengaruh terhadap asimetri informasi.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wakum (2014),
Kanagaretnam (2007) dan Elbadry (2013). Wakum (2014) menemukan bahwa keberadaan
komite audit mampu memoderasi pengaruh negatif audit tenure terhadap asimetri informasi. Keberadaan komite audit
dalam perusahaan perbankan terbukti telah mampu mengurangi efek asimetri
informasi yang muncul ketika audit tenure
dibatasi oleh pemerintah. Keberadaan komite audit tersebut dapat dikatakan
mampu memastikan efektivitas peran dan fungsinya terkait proses pengawasan
pelaporan keuangan. Hal tersebut serupa dengan hasil penelitian Kanagaretnam
(2007) dan Elbadry (2013) yang
menyatakan bahwa keberadaan komite audit sebagai bagian dari mekanisme good corporate governance terbukti mampu
mengurangi asimetri informasi.
6. Pengaruh Hubungan Interaksi Auditor Spesialis dengan Komite Audit terhadap Asimetri Informasi
Berdasarkan
pengujian yang telah dilakukan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel
X3X4 yang merupakan interaksi antara variabel auditor
spesialis dengan komite audit memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,012
(<0,05). Dengan demikian, hipotesis keenam (H6) diterima, artinya
interaksi antara auditor spesialis dengan komite audit berpengaruh terhadap
asimetri informasi.
Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Wiratmaja
(2015). Sedangkan penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Setiawan dan Fitriany (2011) yang menyatakan bahwa komite audit
tidak berperan memperkuat pengaruh positif auditor spesialis terhadap kualitas
audit. Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa jika auditor sudah spesialis
maka komite audit tidak berpengaruh meningkatkan kualitas audit.
Penelitian
ini menunjukkan hasil bahwa komite audit mampu memoderasi pengaruh auditor
spesialis terhadap asimetri informasi. Hal ini dikarenakan adanya komite audit
dapat membantu auditor spesialis untuk semakin mengurangi ketidakseimbangan
informasi yang terjadi di perusahaan. Komite audit dinilai dapat menjalankan
perannya sesuai dengan tujuan dibentuk komite audit dalam perusahaan yaitu agar
membantu kinerja dari dewan komisaris dalam memantau setiap laporan yang
dilakukan oleh manajemen. Keberadaan komite audit akan memunculkan komunikasi
yang baik dengan auditor dalam menkomunikasikan permasalahan audit serta
menemukan jalan keluar sehingga akan mendorong hasil audit yang lebih
berkualitas (Putri dan Wiratmaja, 2015)
kak boleh minta bentuk pdfnya gak? butuh untuk referensi skripsi :(
BalasHapus