Cool Blue Outer Glow Pointer

Selasa, 13 Februari 2018

PENGARUH PENGUNGKAPAN SUKARELA, AUDIT TENURE DAN AUDITOR SPESIALIS TERHADAP ASIMETRI INFORMASI DENGAN KOMITE AUDIT SEBAGAI VARIABEL MODERASI


BAB III

METODE PENELITIAN


A.    Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan kausalitas yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel independen, yaitu pengungkapan sukarela, audit tenure dan auditor spesialis terhadap variabel dependen, yaitu asimetri informasi dengan komite audit sebagai variabel moderasi. Populasi penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI pada periode 2011-2015. Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif berupa data sekunder yang diperoleh dengan mengakses website www.idx.co.id.

B.     Metode Penentuan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2015. Sampel adalah bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Pemilihan sampel penelitian didasarkan pada metode purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan atau kriteria tertentu.  Kriteria yang dipertimbangkan dalam pengambilan sampel penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.    Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut selama periode pengamatan yaitu 2011-2015.
2.    Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang rupiah dan menggunakan bahasa Indonesia untuk periode yang berakhir pada tanggal 31 Desember dan telah diaudit oleh auditor independen pada periode pengamatan yaitu 2011-2015.
3.    Data saham tersedia selama periode pengamatan.
4.    Perusahaan memiliki data lengkap yang dibutuhkan peneliti.

C.    Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpulkan dengan cara teknik pengumpulan dokumenter, yaitu penggunaan data yang berasal dari dokumen-dokumen yang sudah ada. Hal ini dilakukan dengan cara melakukan penelusuran dan pencatatan informasi yang diperlukan pada data sekunder berupa laporan keuangan perusahaan sampel. Metode dokumentasi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan annual report, laporan keuangan beserta laporan audit oleh auditor independen dan data lain yang diperlukan berdasarkan penjelasan sebelumnya. Data pendukung lainnya diperoleh dengan metode studi pustaka dari jurnal-jurnal ilmiah serta literatur yang memuat pembahasan berkaitan dengan penelitian ini. Data diperoleh dari www.idx.co.id yang berupa laporan tahunan (Annual Report), laporan keuangan dan laporan audit oleh laporan auditor independen.

D.    Metode Analisis Data

1.         Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberi gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), minimum, maksimum dan standar deviasi (Ghozali, 2013).

2.      Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa sampel yang diteliti terdistribusi normal serta terbebas dari gangguan multikoloniaritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas.

a.       Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. (Ghozali, 2013).
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik dapat dilakukan dengan melihat grafik histogram dan normal probability plot (Normal P-P Plot). Distribusi normal akan membentuk satu garis diagonalnya. Sedangkan, uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan hasil yang signifikan berarti data residual terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2013).

b.      Uji Multikoloniaritas

Uji multikoloniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Jika ada korelasi yang tinggi di antara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel  independen. Ghozali (2013) menjelaskan cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi, yaitu:
1)        Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen. Jika antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini mengindikasikan adanya multikoloniaritas.
2)        Multikoloniaritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya yaitu Variance Inflation Factor (VIF). Nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikoloniaritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Regresi bebas dari masalah multikoloniaritas jika nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan niai VIF < 10 (Ghozali, 2013).

c.       Uji Heteroskesdastisitas

Uji heteroskesdastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskesdastisitas dan jika berbeda disebut heteroskesdastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskesdastisitas atau tidak terjadi heteroskesdastisitas.
Deteksi ada atau tidaknya heteroskesdastisitas dapat dilihat dengan menggunakan uji glejser. Dalam uji glejser pengujian dapat dikatakan terbebas dari masalah  heteroskesdastisitas jika nilai sig > 0,05. Selain itu pengujian heteroskesdastisitas dapat diketahui dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Jika ada pola tertentu maka mengindikasikan telah terjadi heteroskesdastisitas. Tetapi, jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskesdastisitas (Ghozali, 2013).

d.      Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi adalah dengan penggunaan uji Durbin-Watson (DW). Jika d lebih kecil dibandingkan dengan dL atau lebih besar dari dU (4-dL), maka dapat dikatakan H0 ditolak karena terdapat autokorelasi. Namun, jika nilai DW berada di antara dL dan dU berarti tidak terjadi autokorelasi (Ghozali, 2013).

3.      Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) merupakan pengujian untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan nilai yang mendekati satu menunjukkan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).

4.      Analisis Regresi Berganda dan Moderated Regression Analysis

Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis regresi berganda dan MRA (Moderated Regression Analysis).
a.         Pengujian dengan Analisis Regresi Berganda (H1 sampai H3)
Model regresi berganda bertujuan untuk memprediksi besar variabel dependen dengan menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui. Persamaan regresi berganda dirumuskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e
Keterangan:
Y         = Asimetri Informasi
α          = Konstanta
β1         = Koefisien regresi pertama, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X1 berubah sebesar 1 satuan
X1        = Pengungkapan Sukarela
β2         = Koefisien regresi kedua, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X2 berubah sebesar 1 satuan
X2        = Audit Tenure
β3         = Koefisien regresi ketiga, yaitu besarnya perubahan Y
apabila X3 berubah sebesar 1 satuan
X3        = Auditor Spesialis
e           = Error
b.      Pengujian dengan Moderated Regression Analysis (MRA)
Uji interaksi atau sering disebut Moderated Regression Analysis (MRA) merupakan pengujian khusus regresi linier berganda yang memiliki unsur interaksi dengan variabel lain sebagai moderasi dengan perumusannya sebagai berikut:
1)        Hubungan interaksi antara pengungkapan sukarela dan komite audit terhadap asimetri informasi (H4)
Y = α + β1X1 + β2X4 + β3(X1X4) + e
Keterangan:
Y              = Asimetri Informasi
α               = Konstanta
β               = Koefisien regresi
X1             = Pengungkapan Sukarela
X4             = Komite Audit
X1X4         = Variabel perkalian antara pengungkapan sukarela
dengan komite audit yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi komite audit terhadap hubungan pengungkapan sukarela dengan asimetri informasi
2)        Hubungan interaksi antara audit tenure dan komite audit terhadap asimetri informasi (H5)
Y = α + β1X2 + β2X4 + β3(X2X4) + e
Keterangan:
Y              = Asimetri Informasi
α               = Konstanta
β               = Koefisien regresi
X2             = Audit Tenure
X4             = Komite Audit
X2X4         = Variabel   perkalian   antara  audit  tenure  dengan
komite audit yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi komite audit terhadap hubungan audit tenure dengan asimetri informasi
3)        Hubungan interaksi antara auditor spesialis dan komite audit terhadap asimetri informasi (H6)
Y = α + β1X3 + β2X4 + β3(X3X4) + e
Keterangan:
Y              = Asimetri Informasi
α               = Konstanta
β               = Koefisien regresi
X1             = Auditor Spesialis
X4             = Komite Audit
X1X4         = Variabel perkalian antara auditor spesialis dengan
komite audit yang menggambarkan pengaruh variabel moderasi komite audit terhadap hubungan auditor spesialis dengan asimetri informasi

5.      Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan melalui:
a)    Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Penguijan Parsial atau uji t ini bertujuan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%) (Ghozali, 2013).
Uji t dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel, jika t hitung > t tabel maka H0 ditolak atau Ha diterima. Hal ini ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih kecil dari alpha. Artinya semua variabel independen mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Dan sebaliknya, jika t hitung < t tabel maka H0 diterima atau Ha ditolak. Hal ini juga ditandai nilai kolom signifikansi akan lebih besar dari nilai alpha. Artinya semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen.

E.     Operasionalisasi Variabel Penelitian

1.      Variabel Bebas, terdiri dari:
a.    Pengungkapan Sukarela (X1)
Luas pengungkapan sukarela diukur dengan menggunakan indeks pengungkapan sukarela. Indeks pengungkapan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan indeks yang digunakan oleh Hossain dan Reaz  (2007), Sehar et al (2013) dan Barros et al (2013) dan telah disesuaikan dengan Peraturan BAPEPAM No. KEP-431/BL/2012. Informasi yang diharapkan diungkapkan oleh perusahaan dikemukakan dalam 40 item pengungkapan dan dibagi menjadi 8 kategori utama yaitu:
a.         Corporate Strategy
b.        Corporate Governance
c.         Financial Performance
d.        Risk Management
e.         Accounting Policy Review
f.         Key Non-Financial Statistics
g.        Corporate Sosial Responsibility
h.        Others
Sudarma dan Ratnadi (2015) menjelaskan bahwa indeks pengungkapan sukarela suatu perusahaan diperoleh dengan cara sebagai berikut:
1.    Pemberian skor pada tiap item indeks pengungkapan sukarela. Item akan diberikan nilai satu (1) apabila indeks terkait diungkapkan dan akan diberikan nol (0) apabila tidak diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report).
2.    Setiap item pengungkapan sukarela tidak dikenakan bobot tertentu, sehingga setiap item akan diperlakukan sama.
3.    Luas pengungkapan sukarela setiap perusahaan akan diukur menggunakan indeks, yaitu total skor yang diberikan kepada suatu perusahaan atas item pengungkapan sukarela yang diungkapkan dalam laporan tahunan (annual report) dengan skor yang diharapkan dapat diperoleh dari perusahaan itu.

Luas Pengungkapan Sukarela = Indeks pengungkapan sukarela yang diterbitkan/Indeks pengungkapan yang diharapkan

b.   Audit Tenure (X2)
Audit Tenure adalah masa perikatan audit antara Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan kliennya. Variabel audit tenure dihitung dengan menjumlah total panjang masa perikatan audit sebelum auditor berpindah (Wakum dan Wisadha, 2014). Dalam penelitian ini, pengukuran dilakukan dengan cara menelusuri nama kantor akuntan publik yang menerbitkan laporan auditor independen tersebut. Peneliti menelusuri mulai dari periode analisis hingga saat akhir perioda analisis, dan menghitung berapa tahun berturut-turut nama suatu kantor akuntan publik tercantum pada laporan auditor independen (Nuratama, 2011; Wakum, 2014).
Tenure = ∑Jumlah tahun KAP mengaudit perusahaan yang sama
c.       Auditor Spesialis (X3)
Auditor spesialis dan non spesialis dikategorikan berdasarkan data persentase klien perusahaan publik yang diaudit oleh KAP pada industri tertentu, kemudian dilakukan pembobotan (weightening) berdasarkan total aset perusahaan dengan rumus yang dikembangkan oleh Primadita (2012) sebagai berikut:
Auditor Spesialis = (∑ klien KAP di industri/∑ emiten di industri) X (∆ aset klien KAP di industri/∆ aset seluruh emiten di industri)
Suatu KAP dikatakan spesialis jika KAP tersebut menguasai market share 10% atau lebih. Variabel auditor spesialis diukur dengan menggunakan variabel dummy. Jika suatu KAP tertentu menguasai ≥10% market share maka diberikan nilai 1 (spesialis), dan 0 jika tidak.
2.      Variabel Moderasi, terdiri dari:
a.      Komite Audit (X4)
Variabel moderasi dalam penelitian ini ialah komite audit, yang merupakan pihak internal perusahaan yang memiliki tugas membantu Dewan Komisaris dalam memastikan pengawasan atas pelaporan keuangan (Vafeas, 2005 dalam Wakum, 2014). Mengadopsi penelitian Sari dan Riduwan (2013) proksi untuk mengukur keberadaan komite audit adalah dengan melihat jumlah komite audit atau dapat dilihat sebagai berikut:
Komite Audit = Jumlah Komite Audit dalam Perusahaan
3.      Variabel Terikat, terdiri dari:
a.      Asimetri Informasi (Y)
Pengukuran asimetri informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Market to Book Value (Varici, 2013). Market to book value merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja pasar saham terhadap nilai bukunya. Market to book value dibagi menjadi dua, yaitu market to book value of asset dan market to book value of equity (Wasilah, 2005). Pada penelitian ini, pengukuran yang digunakan atas asimetri informasi menggunakan market to book value of equity.
Asimetri Informasi = Jumlah saham beredar akhir tahun X harga penutupan saham akhir tahun lalu/Total Ekuitas
 

Tabel 3. 1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
No.
Variabel
Jenis Variabel
Indikator
Skala Pengukuran
1.
Pengungkapan Sukarela (X1)
Independen
Indeks Pengungkapan Sukarela
Rasio
2.
Audit Tenure (X2)
Independen
Jumlah tahun KAP mengaudit perusahaan yang sama.
Nominal
3.
Auditor Spesialis (X3)
Independen
Variabel dummy, yaitu jika KAP menguasai market share ≥10% di industri perbankan maka memiliki nilai 1 dan 0 jika sebaliknya.
Dihitung dengan persentase jumlah klien yang diaudit
KAP di industri perbankan lalu dilakukan pembobotan berdasarkan total aset perusahaan.
Nominal
4.
Komite Audit (X4)
Moderasi
Jumlah anggota Komite Audit.
Nominal
5.
Asimetri Informasi (Y)
Dependen
Menghitung market to book value of equity dari perusahaan. (Jumlah saham beredar X harga penutupan saham akhir tahun/total ekuitas)
Rasio
Sumber: Diolah dari berbagai referensi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan kritik berbeda dengan komentar menjatuhkan. Sikapi dengan bijak