Cool Blue Outer Glow Pointer

Selasa, 12 Februari 2019

Islam Nusantara


Dewasa ini, berkembang konsep Islam Nusantara yang banyak dicetuskan oleh berbagai pihak. Konsep Islam Nusantara ini sekilas memang mengedepankan konsep Pancasilais dalam menegakkan Islam di bumi Nusantara. Namun perlu kita semua ketahui, bahwa setiap tindakan yang berkaitan dengan sosial masyarakat, maka pasti akan ada maksud dan tujuan tertentu. Dalam tulisan kali ini, penulis hanya akan membahas pendapat penulis mengenai beberapa kesalahan dalam 'proyek' Islam Nusantara. Penulis mengutip beberapa tanggapan beliau mengenai konsep Islam Nusantara tersebut.


  • Islam merupakan agama pendatang
  • Kalimat yang diungkapkan ini sungguh unik, karena menganggap Islam merupakan agama pendatang. Padahal sejatinya Islam merupakan agama Allah yang dibawa sejak dari kemunculan Nabi Adam di muka bumi. Oleh karena itu dimanapun agama ini datang maka agama ini merupakan agama asli di bumi dan merupakan 'agama tuan rumah'.


  • Pribumisasi Islam
    Islam yang hadir di bumi Nusantara dianggap melalui asimilasi antara Islam dan budaya lokal, sehingga setiap ajaran yang dibawa oleh Islam harus disesuaikan dengan budaya Nusantara. Hal ini menurut penulis tidak bisa diterima karena apabila setiap agama yang masuk ke suatu wilayah harus di pribumisasikan, maka masing-masing negara akan terlihat seperti memiliki agamanya sendiri. Padahal Islam diturunkan di muka bumi untuk menjadi tolak ukur dari setiap aktivitas manusia, budaya lah yang seharusnya menyesuaikan dengan Islam.

    Tolak Arabisasi
    Anggapan ini terjadi karena ada beberapa pemikiran mengenai Islam yang turun di Arab, sehingga Islam mengalami Arabisasi dalam penegakannya. Hal ini sungguh sangat disayangkan karena terlontar oleh salah seorang tokoh Muslim terbaik di Indonesia. Apabila ditarik sejarah ke belakang, budaya Arab sebelum adanya Islam sangatlah berbeda dengan yang ada saat ini. Dimana Islam telah merubah kebiasaan jahiliyah dari bangsa Arab sehingga bangsa yang rendah secara moral bisa menjadi bangsa yang besar karena penegakan Islam disana.

    Ambil Islam buang Hijabnya
    Budaya menggunakan hijab dianggap salah satu efek dari Arabisasi dari Islam. Sehingga banyak yang berpikir kalau menggunakan hijab hanya mengikuti budaya Arab saja, yang dimana Indonesia memiliki kerudung sendiri dalam menutup auratnya. 

    Ambil Islam buang Salamnya
    Apa yang salah dengan mengucapkan salam dalam bahasa Arab? Haruskah kita menggunakan bahasa Indonesia dalam menyampaikan salam kepada sesama Muslim sementara Nabi Muhammad mencontohkan adab mengucapkan salam sembari mendoakan? Salam yang digunakan oleh Nabi Muhammad merupakan salam terbaik yang pernah ada karena mendoakan kebaikan kepada penerima salam dan penerima salam mendoakan balik kepada pemberi salam.

    Ambil tilawah Qur'an buang Langgam Arabnya
    Tidakkah lucu kalau kita mendengar lagu Indonesia Raya dengan langgam lagu dangdut. Hal ini pernah saya dengar dari salah satu pemuka agama di Indonesia yang protes keras mengenai penggunaan langgam Nusantara dalam tilawah Qur'an. Makna dari setiap pengucapan lafal yang salah akan berakibat pada interpretasi yang salah dari makna tersebut. Dalam penerapan tilawah Qur'an, Muslim seharusnya menggunakan langgam asli dari tilawah Qur'an. bahkan langgam Arab pun tidak bisa sepenuhnya digunakan dalam tilawah Qur'an seperti langgam Qasidah ataupun tari-tarian perut seperti yang dilakukan masyarakat jahilliyah dulu. 

    Ambil Al-Qur'an buang Bahasa Arabnya
    Astagfirullah. Semoga Allah mengampuni pencetus gagasan ini. Ada alasan sendiri ketika Arab dan bahasanya dipilih sebagai 'terjemahan' firman Allah kepada manusia ini. Bahasa Arab memiliki karakteristik terbaik dan merupakan salah satu bahasa kuno yang tidak punah. Apabila membaca Al-Qur'an hanya menggunakan terjemahan saja, lantas apabila ada EYD yang dirubah maka akan sama dengan agama lain yang mengadakan pertemuan untuk revisi kitab suci bukan? Islam memiliki kitab terbaik karena dengan keunikan bahasanya tidak akan mengalami perubahan makna meskipun bahasa di dunia mengalami penyesuaian dalam perkembangan zaman. Ga mungkin kan kita membaca 'ingin tahu' dalam kitab suci diganti dengan 'kepo'? 

    Meskipun dalam beberapa konsep yang dikemukakan banyak memiliki kelemahan. Namun tentunya konsep ini memiliki keunggulan sendiri dalam konteks sosial-agama di Nusantara yang beragam ini. Di lain waktu penulis akan membahas mengenai konsep Islam Nusantara dari sisi konseptual dan implementasi yang diharapkan.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

    Saran dan kritik berbeda dengan komentar menjatuhkan. Sikapi dengan bijak